Life Start at 20.

Fenomena yang ada di 20an, sebut saja quarter life crysis.

Awal 20, bagi kebanyakan mahasiswa adalah awal untuk mulai berfikir masa depan. Dimulai dengan kegiatan KP, KKN, dan TA/Skripsi, kedewasaan seseorang akan diuji.

Fase setelah lulus ternyata juga tidak semudah yang diri kita kira. Walau sebenarnya beberapa orang “menikmati” perjalanan sebagai jobseeker, nyatanya kantong mulai menipis, sedangkan income belum dapet, itu sedih.

Dan setelah dapet kerja ternyata gak gampang juga. Butuh siap mental, adaptasi super dari life cycle mahasiswa ke life cycle karyawan. Harus bisa agile, persistent dengan apapun. Harus berani buka mulut untuk komunikasi. Untuk bertahan, mau gak mau harus menurunkan sedikit idealitas.

I am driving here. Ketiadaan target adalah malapetaka besar, ia bisa membuat diri membeku, tak berkembang. Ada mimpi yang mulai digali kembali. Life habit awal-awal tahun saat menjadi mahasiswa aku coba terapkan lagi. Set target lagi. Menyusun ulang mozaik yang telah terpecah oleh worker-time frame ini.

Karena hidup memang pilihan diantara kepastian. Yang harus kita perhatikan adalah setiap pilihan dan komitmen ada konsekuensi. Ketika memilih tidur setelah subuh, itu pilihan, namun harus menerima konsekuensi berupa harimu yang mungkin tidak semangat. Jika memilih untuk menyerah pada keadaan, putus asa, ada konsekuensi.

Masih, masih ada kesempatan dan selalu ada peluang selama kita belum berhenti. Hari hari ke depan adalah hari yang cukup berat bagi sebagian orang, karena harus bersabar dari banyak godaan untuk bersantai, pasrah dengan keadaan dan tidak berfikir jauh ke depan.

Bismillah. Mari keluar dari zona ini.