Mencintai atau Dicintai?

Kalau misal, didunia tersisa hanya 3 orang: kamu, orang yang kamu cintai (dan gak cinta kamu), dan orang yang mencintai kamu (walau kamu gak cinta dia), kamu milih mana?

Disini aku gak mau menyimpulkan, karena pasti ada beda perspektif masing-masing orang. Namun secara garis besar, akan ada 2 pilihan:

  1. Memilih orang yang dicintai, walau dia gak mencintaimu
    Mungkin alasannya, karena: tresno jalaran soko kulino. Jalan aja dulu, baru nanti akan menemukan suka di jalan mereka. Alasan lain, kamu akan berusaha 110% untuk menghidupi dia. Mencintai dia sepenuh hati.
    Namun taukah? Efek negatif yang ditimbulkan bisa tak terduga. Ketika ada problem, yang paling tertekan adalah si dia, bukan kamu. Dan ketika belum sampai posisi dia cinta kamu karena terbiasa, more chance dia untuk mencari pelarian ke sesuatu yang ia cinta. Iya kalo hobi, shopping. Kalo manusia??? Ruwet! Tapi tetep, PASTI ada solusinya
  2. Memilih orang yang mencintai, walau diri gak cinta dia
    Mungkin alasannya karena zero loss of expectation, kalo dia cinta, kamu mau ngapain aja dia gak bakal berharap (selain ibadah) kepada orang lain. Gak akan ada pelarian, lha wong kamu tok yang dicinta? Dan dia bakal hidup bersamamu sepenuh hati dia. Yang mungkin kelak kamu akan mulai mencintainya.
    Efek negatifnya? Hmmm… Self-control, kamu harus menerima dia, seseorang yang tidak (atau belum) kamu cinta. Ini kembali lagi ke seberapa toleran penerimaan diri terhadap orang yang baru (jujur ini berat, bagiku), Tapi tetep, PASTI ada solusinya

yang jelas. semua ada risiko dan konsekuensi serta PASTI ada solusinya masing-masing. yang perlu diingat adalah, ketika kamu menjadi nomer 1, kamu harus totalitas untuk membahagiakan dia, ingat selalu kenapa kamu memilihnya dan ingat pengorbanan dia untuk mulai mencintaimu dari nol. Ketika kamu menjadi nomer 2, kamu harus ingat berapa banyak pengorbanan dia untuk kamu, berapa lama dia menunggu kamu, dan berapa besar cinta dia untukmu, dan ingat jika kamu sia-siakan dia, betapa sakit hatinya orang yang dia cintai menyakitinya.

Dan, teruntuk kamu yang masih bingung (seperti aku), kedua hal diatas mungkin hanya awalan saja. Mencintai ya mencintai. Entah itu dari first impression, atau by doing. yang jadi paretonya adalah bagaimana berdua meng-eksekusi cinta tersebut agar diridhoi olehnya. Namun jika masih berat, istikharah-lah… Moga Allah beri jalan terbaik. Dan kita harus siap apapun yang kita pilih, atau yang dia pilih. Karena takdir Allah itu selalu baik.

Kalo kamu, pilih yang mana? Apa alasannya?

(Baru) 1 Tahun “Main” FB Ads – Dari “Boncos” (Rugi) Jutaan per Hari Sampe Resign!

Ini adalah insight pribadi saya. Jadi bukan 100% patokan baku untuk menjalankan bisa disebut bisnis via paid advertising.

Sekitar End of 2018, Aku kenal forum internet marketer terbesar se Indonesia. Aku yang sama sekali gak percaya akan hal itu awwalnya gak tertarik blas, namun semakin aku simak, aku semakin paham. Waktu itu awal 2019- mid 2019, aku cuma belajar teori full tanpa nyentuh dashboard iklan. Dan barulah sekitar Juli 2019, aku mulai praktek beneran.

Apakah berjalan mulus? Oooo tak semudah itu ferguso. Awal2 masih banyak tanya sana-sini. Momen yang paling aku ingat betul adalah closing sales pertama dari penjualan herbal tulang dan sendi. Seneng BANGET! Bisa dapet duit pertama dari online, tanpa tatap muka loh! Asli. Sama juga pertengahan maret 2020 waktu belajar Google Ads dan di perjalanan dapet closing pertama herbal pernafasan. Asli senengnya pol-polan.

Namun dibalik suka-duka, aku cuma mau kasih beberapa insight dan pandanganku ke depan tentang paid advertising. Simak:

Per Oktober 2019, Iklan Google kena PPN 10% dari nominal iklan yang dibayarkan oleh advertiser. Per September 2020, Iklan Facebook&IG kena PPN 10% juga. Apakah hal buruk? Engga juga. Namun… Ini menggerus margin.

Menurutku, di dunia online yang moslty dalam flow bisnis adalah tentang berjualan (walau bisa buat brand awareness, branding juga), yang mana pemasukan utama adalah dari sales, team OLshop yang paling “LEAN” lah yang menang banyak.

Apa maksud “LEAN”? Simplenya: Outsource. Hal-hal yang bisa di delegasikan kepada pihak lain, maka delegasikan. Engga dipegang semuanya sendiri. OK, kalo semua hal dari mulai pergudangan sampai customer servide dipegang sendiri itu efisiensi budget. Namun ketika ketidakstabilan ekonomi kyk gini, atau update algoritma dan hal2 luar lain yang gak bisa dikontrol, cost operasional dan aset tersertakan sungguh sangat menyiksa.

Maksud “LEAN” lainnya yaitu pay as you done, dibayar berdasarkan apa yang kamu selesaikan sesuai SOP masing2. Bukan berdasarkan FIX RATE gaji. Ketika tim CS berhasil membuat sales, maka dia dapat komisi 10% dari margin. Ketika tim admin berhasil menginput 1 barang ke gudang dan cetak resi, maka dapat komisi x rupiah. Ketika tim gudang berhasil packing dan kirim 1 alamat, maka dibayar 3,5% dari nilai barang, dan sejenisnya. Btw, jangan salah, 1 bulan, tim onlineshop kecil pun bisa cetak sales 1000++ easy. yang artinya jika komisi CS adalah 10rb, dibagi jadi 2 CS, maka tiap CS dapet 5 juta rupiah.

INTInya: meminimalkan operasional cost tim. Contohnya: Gaji tetap. Karena dalam paid advertising itu ada 3 hal besar yang menentukan: aksi kita dalam beriklan (terkontrol), aksi pengiklan lain yang beriklan (tak terkontrol), dan algoritma plaform beriklan (tak terkontrol)

In case kamu beriklan dengan sangat baik, iklan 1 juta balik 2 juta, namun apakah bisa konsisten? Karena 2 aspek lain yang tak terkontrol itu membuat volatilitas paid advertising itu semakin besar.

But so far, tidak semengerikan itu. Rugi 1-2 juta per hari pun pernah aku rasakan. Tapi jangan lupa untung yang 3-4 juta per hari juga pernah aku rasakan.

Jadiii, di 1 tahun aku beriklan di FB Ads, yang awalnya handle semua hal sendiri dari mulai deal2an sama suplaiyer, koordinasi sama tim gudang, set-up iklan, dan halaman penawaran, sampai jadi CS sendiri, sekarang alhamdulillah beberapa udah di delegasikan.

4 CS di Kampung Marketer Purbalingga. 3 CS di Kuningan Jawa Barat. 1 Admin Order. 1 Admin Sosmed. dan 1 Advertiser. Dan ini aku komitmenkan sampai akhir 2020 gak akan bertambah karena ingin menguatkan pondasi bisnis dulu. Efisiensi budget operasional. Membuat skema bisnis ter-LEAN (walau sekarang udah termasuk yang lumayan LEAN dibanding beberapa perusahaan pengiklan lain)

So.. udah jam 13.00, Saatnya belajar, dan kerja lagi. See you!

Pengakuan

Manusia memiliki satu sifat dasar, yaitu ingin diakui. Sayangnya banyak yang gak bisa menempatkan dirinya untuk diakui. Beberapa ceroboh dalam pengakuan sehingga rela membocorkan rahasia dapurnya demi sebuah pengakuan

Dear diri, sungguh kalau kau pun diakui oleh manusia, lalu apakah mereka memberi manfaat untukmu? apakah dampaknya positif atau negatif?

Dear diri, pikir2 lagi, sudah banyak sekali orang yang jatuh karena sekadar memperlihatkan pengakuan mereka di dunia luar, tak sadar ada mata-mata yang siap menjegal langkahnya jauh di depan tanpa disadari

Dear diri, setinggi-tinggi pengakuan, adalah mengaku bahwa diri ini adalah hamba Allah, mentauhidkannya, tidak menyekutukannya dan melakukan secara kaffah syariat-syariatnya, terutama anjuran rasulullah untuk merahasiakan rencana-rencana kita.

Barakallahufiik

di kantorku, 9 Dzulhijjah 1441H 07:00

TINTANYA TELAH MENGERING

Menjalani takdir itu kadang seperti taruna yang sedang ditempa. Butuh kegigihan dan tawakal buat menitinya.

Suka tidak suka, diharap tak diharap, ditunggu atau dicuekin, tidak ada seorang pun yang bisa menolak atau menimpakannya. Tidak juga memajukannya atau memundurkannya.

Ditinggal kekasih, kehilangan anak atau orang tua, harta benda. Patah hati atau jatuh cinta, kehilangan atau menemukan, menangis atau tertawa.. Apapun. Semua berjalan di atas goresan tinta takdir yang telah mengering. Hanya menunggu saat detik berdetiknya menghampiri kemudian melintas di lini masa kisah hidup kita. Untuk kemudian berlalu berganti dengan takdir berikutnya yang pasti terjadi.

Apapun itu, ketika sudah menjadi takdir seorang hamba; baik adanya. Jeleknya bagusnya, pahitnya manisnya. Baik, pasti baik. Ada semilyar hikmah tak terkira yang hanya berupa misteri saja. Sampai nanti Allah tunjukkan hakekatnya di hari perhitungan amal.

Yang kita butuhkan hanya sabar dan tawakal. Tidak ada jalan lain. Tidak ada alternatif jalan melingkar yang lebih mengasyikkan daripada menjalani ketentuan takdir itu sendiri.

Kalian pastilah kuat menjalani takdir. Semua takdir telah tertakar. Setiap kepingannya sudah diperhitungkan dengan matang bahkan teramat matang. Rancangan-Nya selalu sempurna di atas ilmu. Tidak ada yang salah sama sekali dengan takdir. Yang kadang salah adalah keinginan jiwa seorang hamba yang seringkali menyelisihi kehendak Rabbnya. Padahal Rabbnya tahu yang terbaik buatnya.

Bersabarlah…

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10211509117544722&id=1267515939

Kiamat Kecil (Kematian) Itu Dekat…

Nb. Ini Real Story… Sumber: https://www.facebook.com/ekoprasttemanggungsemilyarkenangan/posts/10213524048676741

KIAMAT (kecil) SUDAH DEKAT..

Pada suatu malam menjelang akhir 2011, saya memulai perjalanan sepanjang lebih dari 300 km. Persiapannya matang. Fisik dan mental. Fisik karena jauhnya perjalanan, dan mental karena saya hendak menghadiri pemakaman ayah istri saya tercinta. Sepotong malam yang panjang dan melelahkan.

Dalam perjalanan itu saya membawa serta semua keluarga. Istri saya yang ayahnya berpulang menjelang maghrib hari itu, bersama si sulung yang beranjak remaja, beserta ketiga adiknya. Sepanjang jalan, istri saya hanya membisu sesekali mengusap beningnya air yang membasahi pipinya. Terpukul karena tidak sempat merawat ayahandanya ketika sakit, kemudian takdir mendahului cita-citanya. Dan itu membuat kedua bola matanya tak mampu terpejam. Demikianlah ketika seorang anak kehilangan ayahnya..

Alhamdulillah, Allah memberi kemudahan dan kelancaran dalam perjalanan. Langit di ufuk timur mulai memerah sementara tujuan masih beberapa jam lagi. Lirih terdengar seruan “Allahu akbar, Allahu akbar.” Adzan subuh.. Kami berhenti pada sebuah halaman masjid yang mungil. Saya mulai membangunkan anak-anak, sementara istri sudah bersegera mengambil air wudhu. Si sulung tiba-tiba saja menangis, karena salah satu adiknya tidak mau bangun. Innaa lillaah wa innaa ilaihi raaji’un. Anak kedua saya ternyata menyusul kakeknya. Saya tercekat. Waktu serasa berhenti. Lidah kelu, tak mampu berucap. Kepala saya tiba-tiba saja serasa penuh. Bagaimana saya menyampaikan kepada istri saya yang beberapa detik lagi menghampiri anaknya yang tinggal jasad tak bernyawa..?! Apa pula yang akan terjadi, setelah baru saja ditinggal ayahnya kemudian menyusul pula anaknya..?! Kehilangan dua orang yang dicintainya sekaligus. Subhanallah.. Wa laa haula walaa quwwata illaa billaah.. Manusia memang lemah, tapi Allah memberi kekuatan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Kami bersegera shalat, dan kemudian melanjutkan perjalanan.. Jadilah di hari itu kami mensholati dan memakamkan dua jenazah ; ayah istri saya, dan anak kami.

Kita tahu, kematian itu kadang menyergap dengan tiba-tiba. Istri saya tidak menyangka ayahnya akan pergi secepat itu. Karena beliau sehat sebelumnya. Meski usia sudah berkepala tujuh, namun masih sigap dan bersemangat untuk merawat sawah ladangnya dan menghidupi anak istri dan cucu-cucunya. Anak saya apalagi.. Berangkat dalam keadaan sehat, namun wafat di tengah perjalanan.

Jika kita jujur pastilah kita semua takut menghadapi kematian. Mengapa? Karena kita belum siap. Karena kebaikan kita sangat tipis dibandingkan dengan tebalnya keburukan kita. Karena saat-saat tersingkapnya amalan akan segera hadir di hadapan kita. Dusta, kebohongan, rekayasa, kepalsuan dan pura-pura tidak akan bisa kita lakukan lagi di saat itu. Kalau saat ini hampir semua bisa dibeli dengan uang kita, hari itu hanya iman yang dibutuhkan. Tak ada lagi teman yang layak untuk disanding, kecuali amalan shalih.

Maafkan jika sejenak jadi tertegun. Karena saya juga demikian. Saya bukan sedang mengajak berputus harapan dan bersedih karena minimnya bekal kita untuk hadapi datangnya maut. Jujur kita semua takut. Tapi mau tak mau kita semua akan melintasi masa itu. Berpindah dari dunia saat ini menuju alam barzakh dan berjalan terus menuju hari akhir. Cepat atau lambat. Dan justru saat inilah saat yang terbaik. Saat kaki masih mencercah bumi. Kita bisa mengumpulkan apa saja semau kita untuk bekal menghadap Allah. Kalau selama ini dunia menyihir kita dengan gemerlap perhiasannya, maka sekaranglah waktu untuk bangkit bangun dan berlari menghindar dari kepalsuan sihirnya. Kita boleh sibuk dengan dunia asalkan tidak melalaikan akhirat kita. Firman Allah, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 77)

Tidak usah murung. Ada sedikit hiburan untuk kita. Bahwa sekecil apapun surga buat kita kelak, luasnya melebihi dunia seisinya. Mungkin selama ini kita banyak berbuat dosa dan kelalaian. Menumpuk maksiat, menimba kekotoran. Namun ingatlah, Allah rabb kita adalah dzat yang maha memberi ampunan. Dia dermawan. Ketika malam selalu mengampuni manusia yang berbuat dosa di pagi hari. Ketika pagi mengampuni mereka yang bermaksiat di malam hari. Untuk itu, kerjakan yang terbaik. Jangan berhenti berjuang untuk menadah tangan menghiba ampunan. Sungguh, hari terbaik kita adalah ketika tangan ini kembali dalam penuh maghfirah.. Jangan biarkan diri ini terus tersungkur dalam lembah gulita dosa dan maksiat. Sesekali, bangunlah di malam sunyi. Menangis menyesali dosa dan kekotoran diri. Menangis karena takut kepada Sang Pemilik Ampunan. Karena air mata kita yang mengalir itu hangat. Tapi hangatnya, mampu menjauhkan seorang hamba dari api neraka. Rasulullaah menjelaskan,

عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهَمَا النَّارُ أَبَداً : عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ “Dua mata yang tidak akan disentuh api neraka untuk selama-lamanya : mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bermalam dalam rangka berjaga di jalan Allah.” (Shahih Riwayat Tirmidzi)

Apa jadinya jika diri ini tak mendapat maaf-Nya. Pastilah kerugian yang kan menanti. Rabbanaa dhalamnaa anfusanaa wa in lam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunannaa minal khaasiriin.. Wahai tuhanku, kami ini dhalim terhadap diri.. Sekiranya Engkau tak ampuni kami, tak sayangi kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi..

Kemuliaan seorang hamba tidaklah datang begitu saja kepada mereka yang berpangku tangan dan berleha-leha. Semua nabi dan rasul beserta orang-orang sukses yang menyertai mereka adalah pejuang tangguh. Mereka melewati pahit getirnya kehidupan untuk meretas jalan menuju puncak kenikmatan abadi. Mudah-mudahan Allah bimbing kita dan karuniakan kepada kita kekuatan untuk mengepul bekal buat menapak hari-hari abadi. Yang sehari pada waktu itu setara dengan seribu hari di saat ini. Nas alullaah as-salaamah wal ‘aafiyah..

ditulis di Blabak Magelang, 12 Maret 2013, Selepas maghrib..

Kenapa Karyawanku Remote?

Wait. Aku nulis ini setelah beberapa waktu lalu liat sendiri, dateng ke kantor temen yang kerjanya non-remote alias ngantor. dan abis liat story salah satu temen internet marketer yang kerja ngantor juga

Dan aku justru lebih yakin langkahku untuk meng-kerja remote-kan karyawan setelah lihat 2 case diatas, karena:

  1. more effective
    ketika aku memutuskan karyawan kerja remote, mau gak mau aku harus menuliskan secara detil dan komplit di suatu platform, SOP dan step-step mereka bekerja, agar bisa bekerja dengan benar (efektif). Di lain sisi, kadang, kerja kantoran justru memberi SOP hanya dengan lisan, yang mana ini bias. Minggu ini ingat, mungkin minggu depan udah lupa. ye kan?
  2. more efficient
    yakin banget 99% kalo ini. Karena kalo kerja kantor ada perjalanan karyawan ke kantor, ada biaya transport, ada waktu ngobrol2 ga jelas, ada waktu hiburan2 yang mungkin ga semua orang cocok dengan hiburan itu, ada cost-tempat, operasional, dan lain2..
  3. more scalable
    in case ketika usahamu berkembang, ga perlu nambah meja kantor lagi. cuma tinggal tambah SOP di suatu platform, kasih sistem minimum, misal butuh: HP dan paket data. ya udah, tinggal jalan. Beda cerita kalo kantoran, mesti nyiapin HP baru, meja, kursi, belum kalo doi ga ada motor, kudu doi nyicil dulu karena rumah jauh dari kantor, daaan lain2

    Mungkin 3 itu dulu, nanti kalo ada waktu ditambah. See youi!

((Teoriku)) Analogi – Limitasi

Dunia diciptakan terbatas. Sayangnya bagi kebanyakan kita, dunia dianggap sebagai hal yang luas tak terbatas. Sehingga kita malas untuk hidup dan belajar banyak di dunia. Mencukupkan dengan alasan tersebut, bukan karena batas maksimal usaha kita.

Padahal faktanya dunia diciptakan memang terbatas. Namun otak, kemampuan serta network diri kita yang terbatas sehingga gak bisa menjangkau semua hal yang ada di dunia.

Ketika kita menemui masalah baru, percayalah ada yang pernah mengalami hal serupa di belahan dunia lain. Dulu, butuh cost, effort yang luar biasa besar untuk sekadar mencari tau hal itu. Namun sekarang? Tinggal “OK Google” aja!

Hal lain yang bisa dilakukan ketika menemukan masalah baru adalah analogi. Membuat kias terhadap hal yang berbobot dan memiliki fungsi sama. Contohnya: menganggap diri kamu itu sebagai “objek” yang ingin kamu selesaikan masalahnya, kira2 pendekatan pola pikir apa yang akan ditempuh? Atau bisa juga pendekatan dengan kasus mesin-mesin (kalo kamu anak teknik), dan banyak analogi yang bisa kita cocokkan asal berbobot dan berfungsi “sama”

Jadiiii, intinya, ga perlu takut menghadapi masalah baru selama masih di dunia, karena Allah memudahkan kita untuk menyelesaikannya dan kita pasti bisa menyelesaikannya seperti yang Allah firmankan di akhir-akhir surat Al Baqarah. Dan bentuk ikhtiarnya bisa gunakan teori limitasi (OK google), atau teori analogi.

Semoga bermanfaat!

Me- “yaudah” – in Hal-Hal di Luar Kontrol Kita

“yaudah si, takdirnya juga bukan jodoh, mau usahamu jungkir balik, beli gunung emas, ngajak warga sekampung juga ga bakal bisa”

kadang “yaudah” terhadap hal-hal diluar kontrol kita sepenuhnya seperti takdir, lingkungan, orang lain, itu lebih bisa mendamaikan hati. Ya gak?

Karena sesungguhnya satu-satunya hal yang bisa kontrol adalah effort kita sendiri. Jadi mulai sekarang, aku coba belajar untuk: “yaudah kalo gitu” terhadap semua hal yang gak bisa aku kontrol fully… And try next time when I can fully control that things…

Lesson 1 Tahun Jadi Internet Marketer

jangan delegasikan sarjana tugas receh
jangan mau dibujuk untuk stok sebelum winning iklannya
kalo udah winning jangan pelit stok banyak
delegasikan dengan SOP yang sejelas-jelasnya
kadar maksiat berbanding terbalik dengan profitability iklan
WAJIB COPAS ID POST ADS
JGN TERLALU CEPAT MEMUTUSKAN DAN MENYIMPULKAN
Sediakan Dana Emergency & Investasi
Management BM!
Kurangi Fixed Cost
Beberes PT
Slow aja, gausah ngoyo untuk budhet iklan jor2an
—– done —-

Privilege

Seseorang tidak bisa memilih, dia lahir dengan keistimewaan atau tidak. Tapi seseorang bisa memilih sikap dia dalam memanfaatkan keistimewaan tersebut.

Tapi di satu sisi, privilege juga memang bukan satu-satunya hal yang menentukan kesuksesan seseorang. Ada berbagai macam bumbu di sana.

Jangan merebut kebahagiaan orang lain dengan menggunakan privilege yang kita miliki. Jangan merebut kebahagiaan orang lain dengan membandingkan standar kebahagiaan mereka dengan kita.

Lebih dalam lagi, jangan menyakiti diri kita dengan membandingkan standar kebahagiaan kita dengan standar orang lain. Just don’t give it a f*uck.

Seperti kata Mark Twain, “Comparison is the death of joy”

Sumber: FB Mas Army Al Ghifary

Masalah Hidup

Masalah hidup orang di dunia pasti ada aja dan itu berbeda-beda. bahkan ketika kamu menganggap hidupmu tidak punya masalah, itulah masalahnya.

Tapi ketimbang memandang masalah terus2an, mending fokus ke framework problem solving yang tepat:

☑️ Clarity: punya data / masalah yang jelas dan tepat (memperjelas masalah & tujuan)
☑️ Conclusion: punya cara yang jelas untuk menyelesaikan masalah (kesimpulan solusi)
☑️ Decisions: Punya pilihan mana yang akan dicoba langkahnya (mana yang mau dicoba, berapa lama, berapa luas sample s.d valid)

Maka Kamu akan menyelesaikan masalah tsb secara benar (efektif) kemudian lebih tepat dan cepat (efisien)

💥 Tapi sebagian orang melakukan salah melakukan step menyelesaikan problem, paling sering yaitu mengkambinghitamkan sesuatu (BLAME), dan Berasumsi Pembenaran & Cari Alasan (JUSTIFY & EXCUSE), hehe

Inspired by lemon di kulkas & mas bram. powered by google voice

Dunia dan Ujian

Hal yang (kembali) aku sadari akhir-akhir ini adalah, bahwa seluruh part yang ada di dunia ini ujian.

Pinter, bodoh, miskin, pintar, jabatan, harta, keluarga, kebahagiaan, kesedihan, pasangan, anak, jalan hidup, dll gak seharusnya dipasangkan dan dibandingkan antara satu manusia dengan manusia lainnya.

Oleh karena-nya aku coba belajar untuk mengurangi expose kebahagiaan dan kesedihan hidup di sosial media yang notabene tiap orang punya jalan hidup masing-masing.

Karena:

  • Karena bisa jadi ujian-ku adalah: dengan men-sharing dengan perasaan jumawa dan sombong ketika aku bahagia, atau men-sharing dengan perasaan meminta iba ke manusia–padahal Allah satu2nya yang pantas kita meng-iba kepadaNya–
  • Karena dengan aku membagikan status, ada di sisi kanan yang memandang remeh, dan di sisi kiri yang memandang iba. Menjadikan diriku benchmark atas hidup yang berbeda-beda padahal tiap manusia di plot di jalan-nya masing2 dengan ujiannya masing2. Karena hal yang pantas dibandingkan di dunia ini hanyalah: diri kita yang dulu vs diri kita yang sekarang. Apakah sudah lebih baik?

    “Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat.”

Sekian

Say Bismillah

Kewajiban kita cuma berjuang, bukan menang. Berjuang itu lebih besar daripada target. Hasil Allah yang kasih, kesulitan Allah yang bantu, kesempitan Allah yang lapangkan. Gue jadi inget kata-kata ustadz gue, “…Tugas Musa memimpin Bani Israil dan mendakwahi Fir’aun, yang menenggelamkan, Allah pilihkan air. Tugas Ibrahim mendakwahi hingga berdebat dengan Namrudz, yang membinasakan, Allah pilihkan nyamuk…”.

Artinya, nikmatin aja udah… lakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan, hasil terbaik Allah yang putuskan. Insya Allah, dengan ini pun gue masih bisa mengejar mimpi-mimpi gue.

May 4, 2019

http://hidayat.live