2018

Tak terasa 2018 hampir habis. 365 hari, 52 pekan, 12 bulan hampir kita lalui tiap detiknya. Sudahkah kita memaksimalkan tiap detik waktu yang kita punya?

Menjelang akhir tahun adalah momen yang pas untuk melakukan review, sudah sejauh mana hidup kita. Sudah seberapa dekat kita dengan tujuan, misi maupun visi hidup masing-masing.

Bagiku, 2018 merupakan tahun yang unik. Dimulai dari fase pengangguran di kuartal pertama. Melalui hari-hari penuh hal baru, perjalanan baru, langkah-langkah gontai yang bercampur optimisme untuk menuju fase hidup setelah kuliah. Kalau boleh jujur, aku enjoy menjalani kuartal pertamaku di 2018. I love travelling, new path, many people that I can met, many new place that I can see directly: Cilegon, Jakarta, Bandung, Yogya, Semarang, Purbalingga. many transportation mode that I never use before: Dari kereta eksekutif, bisnis, ekonomi, bus premium, bus biasa aja sampe bus ekonomi. Yes, I enjoy.

Di kuartal pertama juga aku belajar banyak hal. Tentang manajemen waktu yang harus disiapkan benar-benar ketika melakukan sebuah perjalanan. Tentang manajemen uang yang terus menipis sedangkan income belum ada. Tentang tes seleksi kerja di berbagai lini, perusahaan BUMN, swasta, factory, office, otomotif, plant, dan banyak lain. Tentang sebuah impian untuk bekerja menjadi karyawan dengan posisi yang sesuai passion. Tentang orang-orang yang aku temui selama perjalanan di atas bus, bersebelahan bangku, atau di luar kaca kendaraan yang aku tunggangi. Ah, sayang aku tak menulis pelajaran itu dengan detail disini.

Lanjut masuk kuartal dua 2018, alhamdulillah aku dapat pekerjaan di Jakarta. Namun tak sampai satu bulan aku mengundurkan diri dan pindah ke Cilegon untuk tawaran yang lebih menarik dan tempat yang baru lagi. Kuartal dua lebih berbicara tentang adaptasi. Juga tentang komunikasi. Banyak kenalan baru di Cilegon. Tapi belum banyak eksplore lingkungan karena mobilitas yang terbatas. (Masih) semangat-semangatnya jadi karyawan baru.

Kuartal tiga 2018, ada banyak perubahan pola pikir dan visi misi hidup. Setelah sebelumnya diajak oleh kawan lama untuk “berguru” ke salah satu pengusaha dengan titel doktor termuda t. mesin se-Indonesia di fb. Yah, di kuartal ini aku lebih sering meng-iya-kan apa yang beliau katakan. Melakukan penyesuaian sudut pandang terhadap kehidupanku yang sekarang. Dan semangat yang tidak se-semangat ketika awal masuk kerja. Mulai menyadari bahwa ternyata bekerja itu yahhh begitulah. Jadi di kuartal ini ada perombakan besar-besaran mindsetku. Aku juga sudah mulai eksplore merak, serang, hingga perbatasan tangerang. Mencoba menghidupkan passion dengan berkunjung dan belajar ke orang-orang yang sudah lama menggeluti bidang tersebut. Mencoba me-monetisasi potensi dan resources diri.

Kuartal terakhir 2018, semangat bekerja yang mulai turun kembali naik. Ada idealitas untuk setidaknya menggugurkan tanggung jawab ku. Melaksanakan hak dan kewajiban ku disini. Adalah keyakinan bahwa suatu saat, tugasku disini akan bermanfaat dan kerjaan gak sebanyak sekarang. Yap, aku membuat sistem yang tentunya butuh banyak pemikiran, waktu dan tenaga untuk sistem kelistrikan di plantku. Di kuartal terakhir ini aku menyadari satu hal bahwa ternyata aku seorang diri disini. Ketika teman lain punya setidaknya teman sejurusan, atau se almamater, aku disini sendiri. Kalo ada pun kakak tingkat yang rumahnya jauh-jauh pula. Hew. Selain itu di waktu waktu ini pula aku berusaha merampungkan visi-misi-tujuan hidupku yang baru. Mencoba terus mempertahankan semangat untuk meraih mimpi dan membahagiakan orang tua. Membuat exit strategi yang smooth dan memperoleh resources dan expand circle se lebarlebarnya.

Overall, 2018 adalah tahun yang menarik namun juga menyedihkan. Karena hidup yang naik-turun belum jelas, pun juga iman dan spiritual habit yang berantakan dan mulai ku susun ulang di akhir tahun ini. Semoga semua bisa terplanningkan dengan baik dan memiulai komitmen baru untuk 2019 mendatang.

Bismillah.